Burung Kacer, si Hitam Putih yang Ngerol dengan Speed Rapat

November 18, 2021

burung-kacer

Orang yang melihat dan mendengarnya langsung kepincut. Ingin memilikinya. Sikapnya tenang ketika dikeluarkan dari dalam mobil. Nangkring di sangkar, tak banyak bertingkah.

”Kalau nggak ada lawannya, diem,” ucap Yudi Karjono, pemilik Raja Damai, kacer sumatera berusia 4 tahun.

Raja Damai baru merespons ketika Andrian, keponakan Yudi, menyetel suara kacer di handphone.

Mula-mula Raja Damai bergerak ke kiri-kanan, seperti mencari asal suara. Setelah itu, kepalanya mendongak ke atas. Dari paruhnya yang lancip dan hitam pekat, keluar suara nyaring dan keras.

”Ini suaranya belum panas,” kata Yudi saat ditemui di tepi Jalan Abdul Latif, Kenjeran, Rabu (23/9).

Kalau sudah panas, suara Raja Damai akan menyambung panjang. Yang bisa membuat lawan di gantangan keder.

Raja Damai memang sudah sah disebut sebagai raja kacer di wilayah Jatim. Berbagai event telah dia menangkan. Bahkan, tidak jarang dia bisa menyapu bersih di semua kelas. Tengok saja prestasi selama dua tahun ini. Mulai Piala Bupati Sidoarjo, Piala Wali Kota Madiun, Piala Bupati Ngawi, hingga Piala Kapolda Jatim. Semuanya juara I.

Raja Damai, bagi Yudi, memang punya keistimewaan jika dibandingkan dengan puluhan kacer lain miliknya. Khususnya soal kekuatan kicauan yang menurut Yudi paling banter daripada kacer lain. Suara itu, kata Yudi, adalah bakat alam yang dimiliki Raja Damai.

Berkecimpung di dunia perburungan sejak 1995, Yudi paham mengenai seluk-beluk karakter burung. Utamanya terkait dengan kacer. Jenis burung yang paling dia gemari. Dibandingkan burung kicau lain, burung bernama latin Copsychus saularis tersebut, menurut Yudi, penuh misteri.

Salah satunya soal kemampuan burung kacer yang berbeda antara satu dan yang lain. Kadang kacer satu unggul di variasi suara, tapi belum tentu punya kemampuan ocehan keras. Demikian juga sebaliknya. Semua itu bergantung pada bakat karakter tiap-tiap burung.

Yudi termasuk yang kurang percaya dengan peran besar pemilik atau pelatih burung menjadikan seekor kacer sebagai jago dan jawara. Peran besar justru ada di burung itu sendiri. Hitungannya, burung 80 persen, sedangkan pelatih hanya 20 persen.

”Ada 1–2 burung bisa jadi jago karena faktor pelatih, tapi itu sangat kecil,” ucap lelaki asal Madiun tersebut.

Untuk itu, Yudi sangat menyarankan penghobi baru agar membeli burung dengan kualitas bagus.

Kualitas burung bisa dilihat dari keturunan. Trah burung bagus bisa menurun dari indukan. Selain itu, bisa dilihat dari fisik burung. Misalnya, paruh harus lancip panjang. Mata burung melotot (mendholo) atau bulat besar. Kemudian, kepala simetris dengan paruhnya. ”Dan, terakhir tentu suara burung itu sendiri,” ucapnya.

Baca Juga